Sabtu, 19 Oktober 2013

Masa Lalu, Masa Kini, Untuk Masa Depan

Masa Lalu, Masa Kini, Untuk Masa DepanMasa Lalu, Masa Kini, Untuk Masa Depan

Jumlah mantan pemain tim utama Chelsea yang kini bekerja di Akademi kami bertambah dengan bergabungnya Tore Andre Flo dan Jon Harley sebagai pelatih, dan Jody Morris membantu manajer U-21 Dermot Drummy dan asistennya, Andy Myers, dalam persiapan mereka untuk menyambut musim ini. Dengan Eddie Newton juga sebagai pelatih teknis di Akademi, kini ada cukup banyak perwakilan dari periode-periode tersukses di klub, dan pekan ini, situs resmi Chelsea bertemu dengan Flo, Harley, dan Morris, dimulai dengan Flo, yang mendiskusikan soal masa lalunya, masa kininya, dan masa depannya...

Tore Andre Flo memiliki kebiasaan untuk mencetak gol-gol vital dan yang akan terkenang lama selama tiga tahun bersama Chelsea, dan mantan striker Norwegia ini kini akan membagi pengalamannya dalam karir bermainnya kepada para pemain muda di klub.

Flo bergabung dengan Akademi Chelsea musim lalu dan kini secara prinsip bekerja dengan tim U-14 kami di Cobham. Cukup dimengerti jika ia juga berbagi keahliannya mencetak gol kepada para penyerang kami untuk tampil tajam di pertandingan, hingga skuat U-21 kami. Selain keterlibatannya secara langsung dengan para pemain muda kami setiap harinya, Flo juga menganalisis penampilan beberapa pemain kami yang saat ini sedang dipinjamkan, melaporkannya kembali kepada manajer Akademi, Neil Bath, mengenai penemuannya.

Setelah gantung sepatu pada tahun 2012, Flo mengakui bahwa pergeserannya menjadi pelatih bukanlah keinginannya sejak lama tetapi lebih kepada perkembangan yang alami.

"Ini adalah sesuatu yang tumbuh dalam diri saya di akhir karir saya. Saya cukup menikmatinya jadi saya mulai mencoba benar-benar melakukannya, untuk melihat apakah hal ini cocok untuk saya. Saya benar-benar menyukainya."

Flo bermain untuk Chelsea antara tahun 1997 dan 2000, dan banyak rekan-rekan setimnya saat itu yang kini masuk ke manajemen klub. Steve Clarke, Mark Hughes, dan Gus Puyet sama-sama menjadi manajer di Barclays Premier League, sementara Gianfranco Zola mencoba membawa Watford ke divisi tertinggi di sepakbola Inggris ini. Didier Deschamps kini menjadi manajer Perancis, Dan Petrescu melatih Dinamo Moscow sementara Jimmy Floyd Hasselbaink baru-baru ini menjadi pelatih Royal Antwerp di Belgia. Dennis Wise, Pierluigi Casiraghi, dan Roberto Di Matteo juga pernah menjadi manajer, nama terakhir akan terus diingat sebagai sosok yang membawa The Blues menjuarai Liga Champions tahun lalu.

Flo kembali dari masa pensiunnya untuk bermain di bawah Di Matteo di MK Dons, dan ia masih ingat masa-masanya di sana, dan menunjuk bahwa kesuksesan sosok asal Italia itu di Stamford Bridge sebagai bukti bagaimana sepakbola benar-benar tidak bisa diprediksi.

"Saat di MK Dons segalanya sangat baik, meski agak aneh pada awalnya. Namun saya cepat terbiasa karena saat di Chelsea, Gianluca Vialli juga bermain dan ia juga menjadi manajer saya. Awalnya memang terasa agak aneh tetapi selama mereka melakukan pekerjaan mereka, maka itu bagus bagi saya, dan ia melakukannya."

"Saya sangat gembira untuk Robbie (ketika Chelsea memenangi Liga Champions). Hal itu menunjukkan bahwa apapun bisa terjai dengan cepat di dunia sepakbola. Suatu hari Anda Anda bisa pensiun dan Anda berpikir apa yang kehidupan akan berikan untuk Anda, dan kemudian Anda pergi ke dunia kepelatihan dan tiba-tiba Anda memenangi hal terbesar yang bisa Anda lakukan sebagai seorang pelatih. Itu jelas sangat hebat."

Pada musim panas tahun 1997, Flo bergabung dengan The Blues dari Brann, di Norwegia, dengan harga murah £300.000. Ia mengakui, bergabung dengan ruang ganti yang diisi oleh para pemain internasional dan striker-striker kelas dunia bukanlah hal yang mudah.

"Saya sejujurnya agak gugup pada awalnya. Saya bermain dan bersaing dengan para pemain yang sudah menjadi superstar besar, jadi jelas saya cukup gugup. Tetapi kemudian Anda menyadari bahwa mereka hanyalah orang-orang yang baik. Mereka benar-benar baik, itu adalah grup yang bagus pada saat itu," kata Flo menekankan.

"Atmosfer ruang gantinya mungkin merupakan yang terbaik yang pernah saya rasakan dalam karir saya. Itu sangat bagus, sekelompok pemain yang cerdas pada saat itu. Semuanya merupakan para pemain yang profesional, mereka benar-benar ingin melakukan segalanya dengan cara yang benar. Ketika rasa gugup itu terlupakan, Anda justru bisa belajar dari mereka. Saya pikir kami semua belajar satu sama lain."

Tidak ada wawancara dengan Tore Andre Flo yang bisa dikatakan komplet tanpa membahas hat-tricknya ke gawang Tottenham pada akhir 1997, dan sang striker mengingatnya, meski saat itu, gol-gol itu terasa krusial bagi dirinya secara pribadi, dan ia tidak memikirkan bagaimana signifikannya gol-gol itu secara historis. Flo kelihatannya bangga ketika ia diberitahu bahwa namanya masih dinyanyikan di White Hart Lane setiap tahunnya sebagai bentuk pengakuan atas upayanya pada Desember yang dingin hampir 16 tahun yang lalu itu.

"Saya rasa itu semacam sebuah terobosan. Bagi saya, itu hanyalah pertandingan biasa. Saya tidak tahu kalau pertandingan itu begitu berarti bagi para suporter."

"Rasanya fantastis. Saya tidak menyadari soal rivalitas, tetapi saat itu, itu adalah dua pertandingan yang sangat besar."

Kemenangan 6-1 atas Spurs itu hanyalah salah satu sorotan di musim pertamanya yang sangat bagus di klub bagi Flo, di mana ia mencetak 15 gol dan meraih Piala Coca-Cola dan Piala Winners. Kami nyaris menjuarai liga di musim berikutnya, ketika Flo mencetak 13 gol, tetapi mampu meriah tempat untuk Liga Champions musim 1999/2000.

Musim debut kami di kompetisi itu tidak akan pernah terlupakan, apalagi dengan potensi Flo di depan gawang. Akun Twitter klub membuat kuis pada minggu lalu menanyakan siapa pencetak gol terbanyak bagi Chelsea di satu musim Liga Champions. Ketika ditanya pertanyaan yang sama, ia terkejut ketika mendengarkan jawabannya.

"Saya? Wow! Benarkah?! Saya tidak tahu itu. Drogba belum pernah mencetak lebih dari itu?" tanyanya, hampir tidak percaya, ketika diberitahu bahwa delapan golnya di kompetisi terbaik di Eropa itu belum pernah terkalahkan.

"Kami sebenarnya bisa - bahkan seharusnya bisa - melaju lebih jauh daripada yang kami lakukan, ketika itu kami mencapai babak perempat-final."

"Kami tahu kami memiliki tim yang hebat, tetapi jelas untuk tampil dan memenangkannya di musim perdana kami adalah hal yang gila. Saya pikir jika kami bisa lebih tenang, kami bisa mengalahkan Barcelona. Selama dua pertandingan kami lebih baik daripada mereka. Kami agak kurang beruntung pada akhirnya."

"Saya pikir gol-go ke gawang Barcelona adalah gol-gol terpenting bagi saya karena itu terjadi di perempat-final Liga Champions dan itu terjadi ke gawang tim yang besar. Itu cukup spesial."

"Sejujurnya seluruh waktu saya di Chelsea adalah masa-masa yang hebat," tambah Flo. "Saya akan selalu melihat kembali ke masa itu sebagai masa terbaik dalam karir sepakbola saya."

Namun sekarang Flo hanya akan menatap masa kini, meski ia juga memiliki harapan untuk mengikuti jejak langkah banyak mantan rekan setimnya."

"Ada perpaduan pelatih-pelatih baru dan berbakat dengan para pelatih yang lebih tua dan berpengalaman dan para pemain yang telah bermain secara profesional. Semua orang belajar dari satu sama lainnya, dan hal itu bagus bagi semua orang. Saya pikir Neil Bath telah menemukan perpaduan yang tepat di Akademi."

"Saya ingin menjadi pelatih atau manajer suatu hari nanti, tetapi saat ini saya merasa senang bisa berada di sini. Saya tidak bisa memikirkan tempat lainnya di dunia di mana Anda bisa belajar lebih banyak daripada di Chelsea."

Oleh Rupert Cane.

Read more at http://indo.chelseafc.com/news/latest/1678#Xx6xQRZ4EA0TzSFL.99

0 komentar:

Posting Komentar