Di wawancara ke kedua dari tiga wawancara dengan para mantan pemain kami yang baru-baru ini mulai bekerja di Akademi, situs resmi Chelsea kali ini berbicara dengan Jon Harley...
Jon Harley tahu apa yang diperlukan untuk menjadi anggota tim utama Chelsea setelah ia mampu menembus tim utama di periode sukses akhir tahun 1990an, dan mantan bek kiri The Blues ini kini membagi pengetahuannya kepada par apemain muda di Akademi klub.
Sebagai seorang suporter Chelsea sejak kecil, Harley bergabung sebagai siswa sekolah di Stamford Bridge di usia 11 tahun, dan membuat debut untuk klub saat kami menang 1-0 tandang di Derby County pada April 1998.
Itu adalah periode di mana klub mulai menantang papan atas secara konsisten dan menembus tim yang diisi dengan para pemain yang berpengalaman di tingkat internasional dan di bawah kepemimpinan Gianluca Vialli bukanlah hal yang mudah.
Periode yang menonjol baginya di tim, di mana ia bersaing dengan Graeme Le Saux dan Celestine Babayaro untuk posisi bek kiri, muncul di paruh kedua musim 1999/2000 ketika, dalam waktu satu pekan, ia mencetak satu-satunya gol saat kami menang tandang di Leeds United (foto di bawah) sebelum mengkreasikan gol kemenangan bagi Gustavo Poyet di semi-final Piala FA melawan Newcastle United di Wembley.
"Saya bermain untuk Portsmouth pada musim lalu tetapi saya meninggalkan mereka pada Januari dan beberapa hari setelahnya saya datang ke sini, pertama-tama dan yang terutama untuk berlatih agar terus fit, tetapi juga untuk melakukan beberapa pelatihan, dan segalanya berevolusi dari hal itu. Sekarang saya benar-benar pelatih secara full-time," katanya kepada situs resmi Chelsea.
"Saya melatih tim U-15 dan strukturnya adalah mereka bermain secara full-time. Kami memiliki gedung di dekat lapangan di mana para guru datang dari sekolah lokal dan mengajar mereka pada pagi hari, lalu mereka berlatih pada 10.30."
"Setelah makan siang, mereka akan mendapatkan beberapa pelajaran lagi dan kemudian melakukan latihan lagi, yang lalu dilanjutkan dengan sesi pekerjaan rumah. Itu benar-benar hari yang penuh bagi anak-anak ini, tetapi sekolah adalah hal yang sangat bagus dan fakta bahwa mereka sudah full-time adalah bagus bagi saya sebagai pelatih karena saya bisa lebih banyak bertemu dengan mereka. Normalnya mereka libur pada hari Sabtu dan kemudian ada pertandingan pada hari Minggu."
"Bagi mereka, segalanya bisa sangat sibuk tetapi mereka tidak berlatih pada hari Senin atau Sabtu dan itu benar-benar dimonitor dengan sangat dekat. Ada beberapa hari di mana mereka tidak banyak mendapatkan latihan sehingga mereka sedikit bisa lebih santai."
Sosok berusia 34 tahun ini, tidak seperti mantan rekan-rekan setimnya yang terjun ke dunia kepelatihan, mengakui bahwa hingga akhir-akhir ini, menjadi pelatih bukanlah jalur yang ia pertimbangkan akan ia ambil.
"Tidak, jika saya harus jujur," katanya. "Hanya terpikirkan di beberapa tahun terakhir, ketika saya menjadi pemain yang lebih senior, melihat berbagai pelatih dan mengambil aspek positif dan negatif dari pekerjaan mereka, dan saya menjadi lebih tertarik."
"Saya mengambil lisensi B pada musim panas lalu dan kemudian, pada Januari, setelah meninggalkan Portsmouth, saya ingin terus bermain, tetapi setelah hari pertama saya bekerja di sini, saya langsung menentukan pilihan - saya ingin menjadi pelatih tetapi saya ingin melatih di Chelsea. Saya lalu tinggal secara part-time dan sejak Mei, saya menjadi full-time."
Harley adalah salah satu dari mantan pemain Chelsea yang saat ini bekerja di Akademi, selain Eddie Newton, Andy Myers, Tore Andre Flo, dan Jody Morris, semuanya pernah bermain untuk The Blues di masa yang hampir sama.
Ia mengakui bahwa, dalam beberapa hal, pengalaman karir yang lumayan di sepakbola terbukti bisa bermanfaat ketika Anda mencoba memberikan pesan Anda bagi para pemain muda.
"Saya pikir ada sesuatu di sana yang bisa membantu Anda, tetapi sekali Anda mendapatkan rasa hormat dari para pemain, apakah Anda seorang mantan pemain atau bukan menjadi hal yang tidak relevan," jelasnya.
"Segalanya menjadi lebih natural karena kami pernah mengalami proses yang sama seperti yang mereka lalui saat ini. Semua pemain memiliki kondisi yang berbeda, apakah kehilangan performa atau, terutama di kelompok usia yang saya takani, menjadi tipe pemain yang terlambat berkembang, jadi sekarang adalah bagaimana mengatur semua itu. Saya telah melalui semua itu, jadi ada sedikit keuntungan karena saya kemudian tahu apa yang ada di dalam kepala mereka."
"Dengan kami berlima di sini, dan dengan kami semua sudah bermain di berbagai klub, ada pengalaman yang kaya di sini, yang bisa dimanfaatkan oleh para pemain muda."
Saat berkarir di Stamford Bridge, Harley beruntung bisa bermain dengan pemain seperti Gianfranco Zola, Roberto Di Matteo, Frank Leboeuf, dan George Weah, dan itu adalah periode yang sangat ia ingat.
"Semua kerja keras Anda saat muda, datang sepulang sekolah, pergi ke taman atau latihan, segalanya menjadi terbayar. Namun bagi saya, saya tidak melihatnya sebagai kerja keras karena saya melakukan apa yang saya sukai. Jika Anda tidak menikmatinya, tidak ada gunanya melakukannya, jadi setelah melalui semua itu dan membuatnya menjadi pekerjaan penuh waktu saya, rasanya brilian."
"Mendapatkan bayaran atas apa yang Anda cintai adalah impian semua orang dan itu adalah periode yang hebat bagi saya. Sekarang pun rasanya sama menyenangkannya karena saya kembali dan sedang menuju fase selanjutnya, jadi kita akan lihat ke mana saya dibawanya."
Read more at http://indo.chelseafc.com/news/latest/1679#GWR9ugWge4XEcJ96.99
0 komentar:
Posting Komentar